Jelajah Pacitan (Part III-habis): Goa Gong

Oktober 06, 2010

Amazing Goa Gong..!

Tulisan kemarin puas menceritakan pengalaman menjelajahi Pantai-pantai di Pacitan dari Klayar sampai Teleng Ria. Saatnya sekarang tulisan akan menceritakan Goa Gong, goa termasyhur di Pacitan..

Meninggalkan kota Pacitan, kami bergegas ke Goa Gong ditemani gerimis rintik-rintik. Saatnya menikmati keindahan obyek yang menjadi identitas Pacitan dengan 1000 Goanya. Dari kota Pacitan, kami tempuh 45 menit dengan jalan Pacitan-Pringkuku-Kalak. Goa Gong terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Pacitan. Jalan menuju ke sana sudah mulus. Sebelum sampai ke Goa Gong, sebenarnya terdapat Goa Tabuhan. Namun, kami tak mampir karena hari sudah sore dan berpikir bahwa Goa Gong lebih masyhur. Jikalau anda dihadapkan pada satu pilihan, Goa Gong adalah rekomendasi utama.

Sesampai di Goa Gong, tiket yang harus dibayar adalah 4000 per orang. Mahal memang untuk ukuran obyek wisata tunggal. Namun, Anda tak patut menyesal karena seluruh penjuru dunia ini mengakui Goa Gong adalah salah satu goa tercantik di dunia. Benar-benar kebanggaan bagi Pacitan, salah satu obyek wisatanya mendapat pengakuan internasional.

Interior dalam Goa Gong yang luas dan ciamik...

Sebelum memasuki Goa Pacitan, anda melihat prasasti buatan yang menerangkan nama dua orang yang menemukan Goa Gong tahun 1924 dan delapan warga lainnya yang membuka goa untuk umum tahun 1995. Ketika masuk, urusan anda menyusuri goa ini, bukanlah perkara sulit karena telah dibangun tangga-tangga setapak dengan pagar besi di sisi-sisinya. Dibedakan jalur masuk dan jalur keluar. Memasuki bagian lebih dalam, Goa Gong ini dilengkapi dengan lampu warna-warni penambah dramatis ornamen-ornamen goa serta kipas angin yang membuat udara dalam goa tidak pengap.

Goa Gong memiliki keindahan stalaktit dan stalagmit yang lebih unggul dibanding goa-goa lain. Bentuknya pun lebih variatif. Anda yang melihatnya tak henti-hentinya akan berdecak kagum. Langka sekali, sebuah goa yang memiliki keindahan ornamen-ornamen seperti Goa Gong. Apalagi, kalau anda memasuki bagian yang lebih luas. Dari bagian atas, anda akan menyaksikan bagaimana alam ini dengan kekuatannya, menjadi pemahat yang menjadikan stalagtik-stalagmit beraneka ragam rupanya. Ada yang seperti patung manusia, hiasan kerang, dll.

Tak cukup itu, rasanya Anda belum seperti mengunjungi Goa Gong ini jika belum membuat bunyi seperti gong di dalam goa ini. Anda wajib mencoba untuk menepuk-nepuk stalaktit dan stalagmit dengan kepalan tangan. Jika anda menemukan ornamen yang pas, bunyi serupa gong akan keluar menggema di dalam ruangan goa. Dung.. dung.. dung..

Seperti tulang belulang manusia, hiii

Puas berkeliling di dalam Goa, kami pun berkehendak pulang. Hari sudah sore. Gerimis pun makin deras menghujami bumi kapur ini. Pukul 17.00 kawasan Goa Gong sudah sepi. Pedagang-pedagang cinderamata telah mengemas dagangan-dagangannya. Kami memutuskan pulang. Apalagi, Pacitan-Jogja masih jauh, masih 150an kilometer, masih sekitar 3 jam perjalanan.

dung.dung. pukullah batu ini! identitas Goa Gong

Sementara hujan semakin deras, kami dengan sisa-sisa tenaga menembus jejalanan Pacitan yang berkelok-kelok. Rute kami pulang berbeda dengan rute berangkat. Kami memutuskan menuju Wonogiri-Solo karena cemas pada keheningan malam di perbukitan Kapur Gunung Kidul. Juga demi lebih mudah mencari makanan saat berbuka. Rasanya itu pilihan tepat. Kami pun berbuka di  daerah Karangjati, Wonogiri. Mie Ayam Bakso ditemani teh hangat memberi kekuatan untuk pulang ke Jogja.

Lalu, hujan tak sedikitpun bertanda akan reda. Kami melanjutkan perjalanan. Karangjati-Wonogiri-Krisak-Pedan-Klaten-Yogyakarta. Kami menemukan jalan pintas, tak harus menuju Solo terlebih dahulu. Sampailah di Jogja, pukul 20.17. Lelah tapi puas juga lega, akhirnya! Pacitan tertaklukkan! Pacitan benar-benar memuaskan…

You Might Also Like

0 komentar

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK